Selasa, 19 Maret 2019

Sungai Karang Mumus di mata Makrobentos




Sungai Karang Mumus di mata Makrobentos

Hai.. Mainstreamer... apakah pernah mendengar  kata bentos sebelum nya. Ya.. bentos bukan makanan berbentuk permen ya.. kalau permen namanya mentos. Hehehe... hanya bercanda.
Perlu Mainstreamer ketahui nih, bahwa bentos adalah organisme dasar perairan, baik berupa hewan maupun tumbuhan, baik yang hidup di permukaan dasar ataupun di dasar perairan. Semula. Banyaknya organisme dasar perairan yang dikenal dengan sebutan bentos maka dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu mikrobentos dan makrobentos.

Makrobentos adalah hewan yang hidup di atas permukaan keras yang terpapar batuan dasar, atau dapat digunakan sebagai habitat yang jauh lebih besar dan wilayah-wilayah yang secara kuantitatif ditutupi oleh yang endapan lunak. Makrobentos sendiri meliputi hewan-hewan yang kasat mata seperti serangga air (lalat capung, lalat batu, dan kumbang), cacing, kerang air tawar,
Makrobentos (makroinverterbrata) ini adalah salah satu komponen biotik dalam menentukan kondisi perairan sehingga dapat menjadi rujukan indikator kualitas perairan tersebut. Salah satu penelitian yang dilakukan di Samarinda tepatnya pada sungai Karang Mumus yang menjadikan Makrobentos sebagai objek apakah sungai itu tercemar atau tidak.


Gambar 1. Sungai karang mumus

Perlu Mainstreamer ketahui, Salah satu anak sungai Mahakam yaitu Sungai Karang Mumus yang berada di wilayah kota samarinda sedang dalam kondisi riskan. Sungai yang sering dijadikan sarana transportasi air masyarakat Samarinda, dan juga menjadi sumber aktivitas Mandi, mencuci dan aktivitas lain nya. Hingga Badan Linkungan Hidup saat ini mengistruksikan bahwa sungai Karang Mumus sudah mulai tercermar.
Karena terjadi pencemaran tersebut, maka tidak dalam Penelitian Diah Wulandari Mahasiswi Pendidikan Biologi Universitas Mulawarman  menatap hal ini menjadi suatu masalah besar. Karena Mainstreamer perlu mengerti disekitar Daerah Aliran Sungai Karang Mumus terdapat kurang lebih dua puluh pabrik tahu dan tempe, dan tidak jarang limbah industri yang tidak di olah dibiarkan bergitu saja. Serta diperburuk dengan limbah rumah tangga yang dibuang secara sengaja oleh masyarakat yang belum memikirkan jangka panjang nya bagaimana sehingga rela membuat sungai Karang Mumus berubah menjadi coklat.



Dalam penelitian nya, dia melakukan pengambilan sampel dengan empat stasiun yaitu dengan 4 stasiun yaitu, stasiun 1 di daerah muang, stasiun 2 di daerah gelatik, stasiun 3 di daerah pasar segiri dan stasiun 4 di daerah sungai dama. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 5 kali dengan selang waktu 1 minggu. Dengan waktu penelitian dua bulan.


Dalam penentuan pencemaran menggunakan teori Shannon-Wiener sebagai berikut:
Keterangan:
H’ = indkes keanekaragaman
s = jumlah species yang ditemukan
Pi = proporsi jumlah individu sejenis  ke-i dengan jumlah individu  total contoh

Indeks keragaman
Kualitas
>3
Air bersih
1-3
Setengah tercemar
<1
Tercemar berat

Berdasarkan teori tersebut maka dilakukan penelitian ini dengan diketahui sebagai berikut Mainstreamer:

Tabel 1. Spesies stasius 1 berdasarkan indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
NO
Famili
Jumlah
Pi
Ln Pi
Pi Ln Pi
1
Physidae
13
0.067010309
-2.702908802
-0.181122755
2
Lymnaeidae
9
0.046391753
-3.070633582
-0.142452073
3
Viviparidae
24
0.12371134
-2.089804329
-0.258532494
4
Pleuroceridae
28
0.144329897
-1.935653649
-0.279372692
5
Bithyniidae
18
0.092783505
-2.377486401
-0.220591522
6
Hydrobiidae
17
0.087628866
-2.434644815
-0.213345164
7
Lestidae
22
0.113402062
-2.176815706
-0.246855389
8
Coenagrionidae
16
0.082474227
-2.495269437
-0.205795417
9
Naididae
12
0.06185567
-2.782951509
-0.17214133
10
Gerridae
22
0.113402062
-2.176815706
-0.246855389
11
Hydrometra
13
0.067010309
-2.702908802
-0.181122755
Total
194

-2.348186981

Berdasarkan tabel maka dapat diketahui bahwa stasiun 1 memiliki  kategori keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang dan kualitas air setengah tercemar.

Tabel 2. Spesies stasiun 2 berdasarkan indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
No
Famili
Jumlah
Pi
Ln Pi
Pi Ln Pi
1
Physidae
50
0.231481481
-1.463255402
-0.338716528
2
Lymnaeidae
12
0.055555556
-2.890371758
-0.160576209
3
Viviparidae
54
0.25
-1.386294361
-0.34657359
4
Pleuroceridae
24
0.111111111
-2.197224577
-0.244136064
5
Bithyniidae
12
0.055555556
-2.890371758
-0.160576209
6
Hydrobiidae
27
0.125
-2.079441542
-0.259930193
7
Naididae
37
0.171296296
-1.764360495
-0.302228418
Total
216


-1.812737211

Berdasarkan tabel maka dapat diketahui bahwa stasiun 2 termasuk dalam kategori keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang dan kualitas air setengah tercemar.
Tabel 3. Spesies stasiun 3 berdasarkan indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
No
Famili
Jumlah
Pi
Ln Pi
Pi Ln Pi
1
Physidae
50
0.231481481
-1.463255402
-0.338716528
2
Lymnaeidae
12
0.055555556
-2.890371758
-0.160576209
3
Viviparidae
51
0.236111111
-1.443452775
-0.340815239
4
Pleuroceridae
24
0.111111111
-2.197224577
-0.244136064
5
Bithyniidae
12
0.055555556
-2.890371758
-0.160576209
6
Hydrobiidae
34
0.157407407
-1.848917883
-0.29103337
7
Naididae
33
0.152777778
-1.878770846
-0.287034435
Total
216


-1.822888054

Berdasarkan tabel maka dapat diketahui bahwa stasiun 3 termasuk dalam kategori keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang dan kualitas air setengah tercemar
Tabel 4. Spesies stasiun 4 berdasarkan indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
No
Famili
Jumlah
Pi
Ln Pi
Pi Ln Pi
1
Physidae
50
0.210970464
-1.556037136
-0.328277877
2
Lymnaeidae
22
0.092827004
-2.377017688
-0.220651431
3
Viviparidae
51
0.215189873
-1.536234508
-0.330582109
4
Pleuroceridae
40
0.168776371
-1.779180687
-0.30028366
5
Bithyniidae
11
0.046413502
-3.070164868
-0.142497104
6
Hydrobiidae
26
0.109704641
-2.209963603
-0.242443264
7
Naididae
37
0.156118143
-1.857142228
-0.289933597
Total
237


-1.854669042


Berdasarkan tabel maka dapat diketahui bahwa stasiu 4 termasuk dalam kategori keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang dan kualitas air setengah tercemar.
Berdasarkan metode Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener diperoleh nilai Indeks Keanekaragaman stasiun I adalah 2.35, II adalah 1.82,stasiun III adalah 1.81 danstasiun IV adalah 1.85 dari keempat stasiun termasuk kategori stabilitas komunitas biota sedangatau kategori keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis  sedangdan kualitas setengah tercemar, dengan rentang nilai indek keragaman 1-3.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka syogya sebagai Mainstreamer yang berada di Indonesia terkhusus di Samarinda. Ayo.. sudah saatnya kita sadar melihat bahwa aliran air sangat penting bagi kehidupan Manusia. Tanpa adanya air bersih manusia dan tumbuhan tidak dapat berkembang lebih baik di linkunga tersebut.

Refrens:
Wulandari, D. 2018. Biomonitoring dengan Bioindikator Makrobentos Air Sungai Karang Mumus Kota Samarinda.Skripsi. Program studi Pendidikan Biologi Universitas Mulawarman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar