Sabtu, 16 Maret 2019

Kunci Alpata - Chapter 1 : Wallter dan Suara Alpata


CHAPTER 1 : Wallter dan Suara Alpata

Kecamatan Minor
Wilayah negara bagian Elrik

Embun pagi masih menempel di kaca jendela rumah. Hembusan semilir angin pagi seakan tidak membuat badan kurus Wallter Mc’Link untuk mundur dan kembali berbaring di kasur empuknya. Dia justru semakin bergegas berlari menuju cabang perusahaan koran Suara Alpata di jalan Harapan Baru yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal nya.
Sepanjang perjalanan Wallter menggosok-gosokan kedua telapak tangan secara bersamaan. Karena kemarin hujan deras membasahi seluruh wilayah Elrik menyebabkan pagi ini lebih dingin dari biasanya.
Selain Wallter yang telah memulai rutinitas paginya, beberapa toko roti sudah mulai membuka gerainya. Sejenak Wallter berhenti dan berjalan menuju toko roti sahabatnya Jimmy. Sesampainya disana, Dia melihat Jimmy sedang membersihkan kaca jendela tokonya sambil bersiul.

Walter pun menyapa nya, “Hey... Jim..”
Jimmy pun menghentikan siulan dan berbalik menuju Wallter, lalu mengelap dahinya yang sudah berkeringat dengan lengan sikunya “Oh... hey.. Wallter.. kau mau mengantar koran hari ini?”
Wallter pun mengangguk sembari berujar “Yap. Itu sudah tugas ku sang pembawa berita Alpata.” Dia pun memperlihatkan telunjuk kanan nya ke wajah Jimmy “Tapi Jimm... apa  kau tidak melupakan sesuatu?”
“Aku melupakan sesuatu?!” Kata Jimmy sambil menggaruk-garuk rambutnya.
“Astaga.. sepertinya kamu sudah berubah menjadi lelaki tua yang pikun, setelah menikah, ya..” gerutu Wallter.
Tiba-tiba keluarlah Ellie dari balik pintu, istri dari Jimmy sambil berdeham dengan mengeluarkan eskpresi seakan ingin memukul Wallter sambil tangannya memegang kotak bekal.
Wallter dengan ekspresi datar menyapa nya “Hey... Ellie...”
“Wallter, apakah kau ingi merasakan kotak bekal mendarat di wajahmu.” Gurau Ellie dengan wajah seakan mau marah.
“Sabar, Ell... dia hanya bercanda.” Ucap Jimmy menenangkan sang istrinya.
Seketika wajah istrinya berubah menjadi ceria, dan lalu memberikan kotak bekal kepada Wallter sambil bergumam “Wall.. wall... untung ada suami ku, kalau tidah hem... kamu jadi...”
“Iya.” Ucap Wallter agak malu sambil memotong perkataan Ellie.
Wallter pun lalu menerima kotak bekal tersebut dan memasukkan ke dalam tas selempangnya. Setelah menerima bekalnya, dia segera pamit kepada Jimmy dan Ellie.
Setelah Wallter meninggalkan toko roti Jimmy, Ellie pun bergumam “Hmm... Wallter.. wallter kapan dia dewasa.”

********
Perbatasan wilayah Hadid dan Elrik

            “Jep.... jep... jep...”  terdengar bunyi kereta uap yang berjalan melintasi hutan dan padang rumput menuju stasiun Lion Central di kecamatan Oikos Central. Kereta tersebut terus melaju, mengikuti jalur rel yang baru saja diperbaiki setelah di hancurkan oleh orang yang membenci pemerintahan dinasti Hadid.  
            Di dalam kereta uap yang diketahui bernama Kereta Alpata Express, terdapat dekorasi wallpaper bunga dandelion dengan latar belakang merah. Di setiap jendela gerbong diberi tirai berwarna putih. Kereta ini terdiri atas tujuh buah gerbong dimana gerbong tiga dan lima adalah gerbong khusus untuk keluarga bangsawan dan orang-orang kaya yang siap menggelontorkan uangnya demi mendapatkan fasilitas khusus baik hidangan mewah, kursi yang nyaman serta pelayanan utama dari para pramugari.
            Pada kereta ini, gerbong nomor ketiga telah dipesan khusus oleh salah satu bangsawan keluarga Hadid yaitu Nikita Hadid. Dia merupakan adik dari pemimpin negara Alpata saat ini yaitu Zahir Hadid.
            Nikita tidak sendiri dia dikawal oleh enam tentara pengamanan negara Hadid yang mengenakan pakaian jas hitam, dan tidak terkecuali satu pengawal khusus bernama Malik yang duduk berhadapan dengan Nikita.
            Nikita menyenderkan kepala di dinding sofa dengan wajah yang lesu.
            Malik dengan senyum simpul, pun bertanya “Apa kamu sudah lelah putri”
            Nikita lalu melepaskan seandaran nya, dan lalu mengangguk pelan.
            “Kita sebentar lagi sampai. Tunggu saja.” Ucap Malik.
            Nikita pun tertawa mengejek.” Hahahaha... ini sudah kedua belas kali kamu mengatakan itu.”
             Ya... mungkin itu saja yang bisa saya ucapkan saat ini, Putri.” Ucap Malik dan lalu berdiri dari kursinya“ Tapi supaya Putri tidak bosan aku akan pesankan teh hijau dan mengambil buku bacaan untuk anda.”
            “Tidak, buruk. Aku harap perjalanan ini berjalan sangat cepat.” Gumam Nikita dan lalu memalingkan wajah tirus nya ke jendela [ ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar