CHAPTER 1 : Wallter dan Suara Alpata
Kecamatan Minor
Wilayah negara bagian Elrik
Embun pagi masih menempel di kaca
jendela rumah. Hembusan semilir angin pagi seakan tidak membuat badan kurus Wallter
Mc’Link untuk mundur dan kembali berbaring di kasur empuknya. Dia justru
semakin bergegas berlari menuju cabang perusahaan koran Suara Alpata di jalan
Harapan Baru yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal nya.
Sepanjang perjalanan Wallter menggosok-gosokan kedua telapak tangan secara bersamaan. Karena kemarin hujan
deras membasahi seluruh wilayah Elrik menyebabkan pagi ini lebih dingin dari
biasanya.
Selain Wallter yang telah memulai
rutinitas paginya, beberapa toko roti sudah mulai membuka gerainya. Sejenak
Wallter berhenti dan berjalan menuju toko roti sahabatnya Jimmy. Sesampainya
disana, Dia melihat Jimmy sedang membersihkan kaca jendela tokonya sambil bersiul.
Walter pun menyapa nya, “Hey...
Jim..”
Jimmy pun menghentikan siulan dan
berbalik menuju Wallter, lalu mengelap dahinya yang sudah berkeringat dengan
lengan sikunya “Oh... hey.. Wallter.. kau mau mengantar koran hari ini?”
Wallter pun mengangguk sembari
berujar “Yap. Itu sudah tugas ku sang pembawa berita Alpata.” Dia pun memperlihatkan
telunjuk kanan nya ke wajah Jimmy “Tapi Jimm... apa kau tidak melupakan sesuatu?”
“Aku melupakan sesuatu?!” Kata
Jimmy sambil menggaruk-garuk rambutnya.
“Astaga.. sepertinya kamu sudah
berubah menjadi lelaki tua yang pikun, setelah menikah, ya..” gerutu Wallter.
Tiba-tiba keluarlah Ellie dari
balik pintu, istri dari Jimmy sambil berdeham dengan mengeluarkan eskpresi
seakan ingin memukul Wallter sambil tangannya memegang kotak bekal.
Wallter dengan ekspresi datar
menyapa nya “Hey... Ellie...”
“Wallter, apakah kau ingi
merasakan kotak bekal mendarat di wajahmu.” Gurau Ellie dengan wajah seakan mau
marah.
“Sabar, Ell... dia hanya
bercanda.” Ucap Jimmy menenangkan sang istrinya.
Seketika wajah istrinya berubah
menjadi ceria, dan lalu memberikan kotak bekal kepada Wallter sambil bergumam “Wall..
wall... untung ada suami ku, kalau tidah hem... kamu jadi...”
“Iya.” Ucap Wallter agak malu
sambil memotong perkataan Ellie.
Wallter pun lalu menerima kotak
bekal tersebut dan memasukkan ke dalam tas selempangnya. Setelah menerima
bekalnya, dia segera pamit kepada Jimmy dan Ellie.
Setelah Wallter meninggalkan toko
roti Jimmy, Ellie pun bergumam “Hmm... Wallter.. wallter kapan dia dewasa.”
********
Perbatasan wilayah Hadid dan Elrik
“Jep....
jep... jep...” terdengar bunyi kereta
uap yang berjalan melintasi hutan dan padang rumput menuju stasiun Lion Central di kecamatan Oikos Central.
Kereta tersebut terus melaju, mengikuti jalur rel yang baru saja diperbaiki
setelah di hancurkan oleh orang yang membenci pemerintahan dinasti Hadid.
Di
dalam kereta uap yang diketahui bernama Kereta Alpata Express, terdapat
dekorasi wallpaper bunga dandelion dengan latar belakang merah. Di setiap
jendela gerbong diberi tirai berwarna putih. Kereta ini terdiri atas tujuh buah
gerbong dimana gerbong tiga dan lima adalah gerbong khusus untuk keluarga
bangsawan dan orang-orang kaya yang siap menggelontorkan uangnya demi
mendapatkan fasilitas khusus baik hidangan mewah, kursi yang nyaman serta
pelayanan utama dari para pramugari.
Pada
kereta ini, gerbong nomor ketiga telah dipesan khusus oleh salah satu bangsawan
keluarga Hadid yaitu Nikita Hadid. Dia merupakan adik dari pemimpin negara
Alpata saat ini yaitu Zahir Hadid.
Nikita
tidak sendiri dia dikawal oleh enam tentara pengamanan negara Hadid yang
mengenakan pakaian jas hitam, dan tidak terkecuali satu pengawal khusus bernama
Malik yang duduk berhadapan dengan Nikita.
Nikita
menyenderkan kepala di dinding sofa dengan wajah yang lesu.
Malik
dengan senyum simpul, pun bertanya “Apa kamu sudah lelah putri”
Nikita
lalu melepaskan seandaran nya, dan lalu mengangguk pelan.
“Kita
sebentar lagi sampai. Tunggu saja.” Ucap Malik.
Nikita
pun tertawa mengejek.” Hahahaha... ini sudah kedua belas kali kamu mengatakan
itu.”
Ya... mungkin itu saja yang bisa saya ucapkan
saat ini, Putri.” Ucap Malik dan lalu berdiri dari kursinya“ Tapi supaya Putri
tidak bosan aku akan pesankan teh hijau dan mengambil buku bacaan untuk anda.”
“Tidak,
buruk. Aku harap perjalanan ini berjalan sangat cepat.” Gumam Nikita dan lalu
memalingkan wajah tirus nya ke jendela [ ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar