Sabtu, 03 Desember 2022

Wave Of World Cup(Wavorup) : Pop culture manga adalah filosofi Timnas Jepang

 

Pop culture manga adalah filosofi Timnas Jepang

Tim Nasional Jepang mengahkiri perjalanan digrup E pada gelaraan Piala Dunia 2022 ini sebagai pemuncak grup, tergabung dengan nama besar seperti Jerman (Juara Piala Dunia edisi 2014), Spanyol (Juara Piala Dunia edisi 2010), dan Kostarika yang pernah mengalahkan Itali dan Inggris (membuat Kostarika lolos sebagai Juara grup dan Inggris tidak lolos grup di edisi Piala Dunia 2014).

Seperti yang kita semua tahu semua Jepang punya kenangan buruk pada 1993 di Doha, Qatar, saat itu mereka tampil apik pada fase grup untuk seleksi Piala Dunia zona Asia 1994 di Amerika, Jepang keluar sebagai juara grup F. masuk ke babak selanjutnya, pada saat sistem kompetisinya yaitu  Juara Grup bakal di saling bersaing untuk dicari juara grup dan peringkat kedua yang mewakili Asia.

Peserta ada 6 negara yang saling beradu yaitu, Jepang, Arab Saudi, Iran, Korea Selatan, Korea Utara, dan Irak. Penentuan negara yang mewaliki Asia untuk Piala Dunia 1994 harus ditentukan hingga pertandingan terakhir, Jepang harus kalah 2-1 dari Irak dan membuat gagal lolos karena selisih Gol dengan Korea Selatan saat itu.

Pada peristiwi ini Masyarakat Jepang mengingat Qatar sebagai Doha no higeki (ドーハの悲劇). Rasa sedih menghantui Jepang karena kejadian ini, harapan Warga Jepang besar karena tahun 1992 Jepang berhasil menjadi Juara Asia, menjadi juaranya karena adanya perbaikan pada liga mereka dari yang amatir menjadi liga profesional—sekarang kita mengenalnya dengan J League—

Perjalan menjadi Juara Asia Jepang ada andil kerja kebudayaan di Jepang sendiri yaitu dengan menyusupi semangat kemengan demi negara melalui Manga. Karya manga yang terkenal hingga menjadi pembuka jalan untuk manga bertema sepakbola iyalah Captain Tsubatsa (1981).

Kalian juga pasti merasakn budaya pop Tsubatsa semasa kecil dulu, dibawanya kita untuk belajar dari impian para tokoh yang berbeda-beda, misalnya Hyugga bermain sepak bola sebagai jalan untuk keluar dari kemiskinan, Tsubatsa sendiri yang fokus mengejar cita-citanya, dan Misuga melawan keterbatasan fisiknnya.

Captain Tsubatsa sebagai hal yang dijadikan sebagai budaya pop, juga mengambarkan ada peran penting atau bisa kita bilang backbone, bagi Timnas Jepang sendiri yaitu pembinaan pemain bola pada usia dini, kita tahu sendiri Tsubatsa diceritakan menjalani kompetisi sudah sejak sekolah dasar hingga menjadi jenjang profesional.

Selain Captain Tsubatsa yang berlandasakan pembinaan usia dini, ada manga fantasista, terbit pada tahun 1999 bercerita Teppei Sakamoto yang bercita-cita menjadi pemain kelas dunia, pada manga ini pendekatan peran mulai ditonjolkan, salah satu penjabaran yang terkenal mengenai regista merupakan posisi pengantur serangan pada tim.

Manga ini membawa kita untuk paham adanya visi dalam bermain sepak bola, penting visi dalam sepak bola karena agar pemain tidak asal mengoper bola, namun bagaimana operan ini harus bisa menjadi sebuah gol. Peran ini tren pada tahun 90an hingga awal 200an karena sepak bola pada saat itu dipengaruhi oleh naiknya Serie A—liga Italia—pemain yang memerankan posisi ini salah satunya Franseco Totti.

Pemain yang memiliki visi biasanya memiliki ciri stylish, dimana bermain tidak banyak lari, hanya bermain 1-2 operan yang akurat lalu berbuah gol. Pemain Jepang yang bertipikal  ini ada Keisuke Honda, dan Nakata.

Level Timnas Jepang perlahan bangkit, semenjak kejadian Qatar 1994, Jepang akhirnya lolos ke Piala Dunia 1998 Prancis hingga saat ini Jepang selalu lolos dan tampil di turnamen terbesar sepak bola negara

Pada era 90an hingga 2000an awal Jepang masih kalah bersaing dengan negara lain—khususnya Eropa hingga Afrika—pertengahan 2000an permainan Jepang mengandalkan kecepatan yang dimiliki pemainnya, ketika pemain Jepang sudah masuk ke kotak pinalti lawan, gagal mencetak gol.

Banyak para pundit mengatakan Timnas Jepang selalu gagal dalam mencetak gol dan menjuluki pemain Jepang adalah ‘anak baik’ karena mereka tidak merubah peluang menjadi gol. Secara permainan udah mulai mengimbangi tim eropa level B.

Manga yang lahir dari peristiwa ini ada Blue Lock bercerita Jepang Krisis penyerang yang haus gol membuat jepang tidak bisa berbicara banyak dikancah dunia. Maka federasi jepang mengumpulkan pemain muda yang berposisi penyerang untuk menjadi kesebalasan dengan setiap individu memiliki mentalitas menjadi terbaik dan bisa mencetak gol.

Pada pagelaran Piala Dunia Qatar 2022, Blue Lock menjadi viral karena penampilan Timnas Jepang yang berbeda dari penampilan mereka di edisi sebelumnya, karena terlihat pemain Jepang dapat mengatasi lawan-lawannya menginggat grup Jepang ada negara seperti Jerman, Spanyol, dan Kroasia.

Penampilan Jepang ketika lawan Jerman dan Spanyol, terlihat mentalitas mereka tidak goyah melawan tim unggulan bahkan dapar mencuri kemenangan, pada saat pertandingan juga Jepang tertinggal lebih dulu, setelah itu membalikan keadaan, dalam blue lock juga digarisbawahi mengenai mencetak gol yang menjadi msalah menahun tim ini, namun gol yang Jepang ciptakan berasal dari sudut-sudat yang susah.

Pemanpilan impresif dalam fase grup Jepang, terlihat mereka sudah matang secara permainan terlihat bagaimana mereka mengesploitasi ruang, agar lawan tidak dapat memberikan umpang, belum lagi gegenpressing-pemain lawan tidak bisa berlama-lama dengan bola karena bakal direbut oleh pemain Jepang—hal ini menjadi pelajaran dari manga Ao Ashi.

Bercerita seorang—Ashito—pemain yang awalnya berposisi penyerang, namun secar teknik tidak cocok, namun dia memiliki kelebihan dalam hal melihat ruang dan posisi baik musuh dan posisi rekannya, cerita ini merupakan dasar sepak bola modern. Mengingat perihal ruang—juege de posicion—menjadi  taktik dari Pep Guardiola.

Jepang memang mengejutkan karena tidak terbakar dalam grup neraka, secara perlahan mereka mulai naik level dari yang biasanya level kuda hitam, mulai menjadi tim yang patut diunggulkan, tapi lawan mereka tim yang bertahan rapat dan Jepang harus menguasai bola, ketika lawan kostarika, mereka mengalami kekalahan. Mari kita lihat sejauh mana Jepang melaju apalagi lawannya selanjutnya Kroasia—finalis Piala Dunia 2018—

1 komentar: