Pop
culture manga
adalah filosofi Timnas Jepang
Tim
Nasional Jepang mengahkiri perjalanan digrup E pada gelaraan Piala Dunia 2022
ini sebagai pemuncak grup, tergabung dengan nama besar seperti Jerman (Juara
Piala Dunia edisi 2014), Spanyol (Juara Piala Dunia edisi 2010), dan Kostarika
yang pernah mengalahkan Itali dan Inggris (membuat Kostarika lolos sebagai
Juara grup dan Inggris tidak lolos grup di edisi Piala Dunia 2014).
Seperti
yang kita semua tahu semua Jepang punya kenangan buruk pada 1993 di Doha,
Qatar, saat itu mereka tampil apik pada fase grup untuk seleksi Piala Dunia
zona Asia 1994 di Amerika, Jepang keluar sebagai juara grup F. masuk ke babak
selanjutnya, pada saat sistem kompetisinya yaitu Juara Grup bakal di saling bersaing untuk
dicari juara grup dan peringkat kedua yang mewakili Asia.
Peserta
ada 6 negara yang saling beradu yaitu, Jepang, Arab Saudi, Iran, Korea Selatan,
Korea Utara, dan Irak. Penentuan negara yang mewaliki Asia untuk Piala Dunia
1994 harus ditentukan hingga pertandingan terakhir, Jepang harus kalah 2-1 dari
Irak dan membuat gagal lolos karena selisih Gol dengan Korea Selatan saat itu.
Pada
peristiwi ini Masyarakat Jepang mengingat Qatar sebagai Doha no higeki (ドーハの悲劇). Rasa sedih menghantui Jepang karena kejadian ini, harapan Warga
Jepang besar karena tahun 1992 Jepang berhasil menjadi Juara Asia, menjadi
juaranya karena adanya perbaikan pada liga mereka dari yang amatir menjadi liga
profesional—sekarang kita mengenalnya dengan J League—
Perjalan menjadi Juara Asia Jepang ada andil
kerja kebudayaan di Jepang sendiri yaitu dengan menyusupi semangat kemengan
demi negara melalui Manga. Karya manga yang terkenal hingga menjadi pembuka
jalan untuk manga bertema sepakbola iyalah Captain Tsubatsa (1981).
Kalian juga pasti merasakn budaya pop Tsubatsa
semasa kecil dulu, dibawanya kita untuk belajar dari impian para tokoh yang
berbeda-beda, misalnya Hyugga bermain sepak bola sebagai jalan untuk keluar
dari kemiskinan, Tsubatsa sendiri yang fokus mengejar cita-citanya, dan Misuga
melawan keterbatasan fisiknnya.
Captain Tsubatsa sebagai hal yang dijadikan
sebagai budaya pop, juga mengambarkan ada peran penting atau bisa kita bilang backbone, bagi Timnas Jepang sendiri
yaitu pembinaan pemain bola pada usia dini, kita tahu sendiri Tsubatsa
diceritakan menjalani kompetisi sudah sejak sekolah dasar hingga menjadi jenjang
profesional.
Selain Captain Tsubatsa yang berlandasakan
pembinaan usia dini, ada manga fantasista, terbit pada tahun 1999 bercerita Teppei
Sakamoto yang bercita-cita menjadi pemain kelas dunia, pada manga ini pendekatan
peran mulai ditonjolkan, salah satu penjabaran yang terkenal mengenai regista merupakan posisi pengantur
serangan pada tim.
Manga ini membawa kita untuk paham adanya visi
dalam bermain sepak bola, penting visi dalam sepak bola karena agar pemain
tidak asal mengoper bola, namun bagaimana operan ini harus bisa menjadi sebuah
gol. Peran ini tren pada tahun 90an hingga awal 200an karena sepak bola pada
saat itu dipengaruhi oleh naiknya Serie A—liga Italia—pemain yang memerankan
posisi ini salah satunya Franseco Totti.
Pemain yang memiliki visi biasanya memiliki ciri stylish, dimana bermain tidak banyak
lari, hanya bermain 1-2 operan yang akurat lalu berbuah gol. Pemain Jepang yang
bertipikal ini ada Keisuke Honda, dan Nakata.
Level Timnas Jepang perlahan bangkit, semenjak
kejadian Qatar 1994, Jepang akhirnya lolos ke Piala Dunia 1998 Prancis hingga
saat ini Jepang selalu lolos dan tampil di turnamen terbesar sepak bola negara
Pada era 90an hingga 2000an awal Jepang masih
kalah bersaing dengan negara lain—khususnya Eropa hingga Afrika—pertengahan
2000an permainan Jepang mengandalkan kecepatan yang dimiliki pemainnya, ketika
pemain Jepang sudah masuk ke kotak pinalti lawan, gagal mencetak gol.
Banyak para pundit mengatakan Timnas Jepang selalu
gagal dalam mencetak gol dan menjuluki pemain Jepang adalah ‘anak baik’ karena
mereka tidak merubah peluang menjadi gol. Secara permainan udah mulai
mengimbangi tim eropa level B.
Manga yang lahir dari peristiwa ini ada Blue Lock
bercerita Jepang Krisis penyerang yang haus gol membuat jepang tidak bisa
berbicara banyak dikancah dunia. Maka federasi jepang mengumpulkan pemain muda
yang berposisi penyerang untuk menjadi kesebalasan dengan setiap individu
memiliki mentalitas menjadi terbaik dan bisa mencetak gol.
Pada pagelaran Piala Dunia Qatar 2022, Blue Lock
menjadi viral karena penampilan Timnas Jepang yang berbeda dari penampilan
mereka di edisi sebelumnya, karena terlihat pemain Jepang dapat mengatasi lawan-lawannya
menginggat grup Jepang ada negara seperti Jerman, Spanyol, dan Kroasia.
Penampilan Jepang ketika lawan Jerman dan
Spanyol, terlihat mentalitas mereka tidak goyah melawan tim unggulan bahkan
dapar mencuri kemenangan, pada saat pertandingan juga Jepang tertinggal lebih
dulu, setelah itu membalikan keadaan, dalam blue lock juga digarisbawahi
mengenai mencetak gol yang menjadi msalah menahun tim ini, namun gol yang
Jepang ciptakan berasal dari sudut-sudat yang susah.
Pemanpilan impresif dalam fase grup Jepang,
terlihat mereka sudah matang secara permainan terlihat bagaimana mereka
mengesploitasi ruang, agar lawan tidak dapat memberikan umpang, belum lagi gegenpressing-pemain lawan tidak bisa berlama-lama dengan
bola karena bakal direbut oleh pemain Jepang—hal ini menjadi pelajaran dari
manga Ao Ashi.
Bercerita seorang—Ashito—pemain
yang awalnya berposisi penyerang, namun secar teknik tidak cocok, namun dia
memiliki kelebihan dalam hal melihat ruang dan posisi baik musuh dan posisi
rekannya, cerita ini merupakan dasar sepak bola modern. Mengingat
perihal ruang—juege de posicion—menjadi taktik dari Pep Guardiola.
Jepang memang
mengejutkan karena tidak terbakar dalam grup neraka, secara perlahan mereka
mulai naik level dari yang biasanya level kuda hitam, mulai menjadi tim yang
patut diunggulkan, tapi lawan mereka tim yang bertahan rapat dan Jepang harus
menguasai bola, ketika lawan kostarika, mereka mengalami kekalahan. Mari kita
lihat sejauh mana Jepang melaju apalagi lawannya selanjutnya Kroasia—finalis
Piala Dunia 2018—
Mantaap
BalasHapus