Rumah Keluarga Jenskin
Jalan Koral
Angin
malam itu agak lembab, dan suara nyanyian jangkrik terdengar di telinga Wallter
yang duduk di halaman depan. Sesekali dia bersiul untuk mengusir kebosanan.
Karena harus menjaga kediaman keluarga Jenskin dan mengorbankan jamuan makan di
rumah Jimmy.
“Aku
harap mereka menyisakan makanan buat ku,” gumam Wallter.
Di
dalam pikiran Wallter seandainya tidak disuruh berjaga di rumah kediaman
keluargan Jenskin mungkin dia sudah memakan churos buatan Ellie.
Dari
dalam rumah keluarlah Pak Marvin yang membawa gelas kaca dan satu teko kopi. Ia
pun duduk di samping Wallter yang tengah mengadahkan kepala nya sambil menatap
kelap-kelip cahaya bintang di langit malam.
“Kopi..?”
ucap pak Marvin sambil menuangkan kopi ke gelas kaca.
“Terimakasih,
pak.” Balas Wallter mengambil kopi tersebut dan lalu menyeruputnya.
“Wallter,
bagaimana kabarn teman mu, yang menjual roti itu? Siapa namanya kimmy..kimmy..”
tanya pak Marvin.
“Jimmy,
maksud bapak. Dia baik-baik saja. Mungkin saat ini dia sedang bersenang-senang
dengan istri nya sambil makan Churros” Jawab Wallter dengan suara agak sedih
dan lalu menyeruput kopi nya kembali.
“Maaf..
aku meminta mu secara mendadak. Tapi malam ini aku membutuhkan bantuan mu.”
Ucap Pak Jenskin.
Wallter
pun agak merunduk kan pandangan nya ke bawah, “ Ya. Pak, saya paham.”
Pak
Jenskins dan Wallter pun bercengkrama sambil tetap waspada dengan linkungan
sekitar. Hingga udara malam mulai menusuk badan dan suara kepakan sayap
jangkrik saling bertepuk seperti lagu pengiring malam itu. Mereka berdua pun memutuskan
untuk masuk dan berjaga di dalam rumah[ ]
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus