Minggu, 31 Maret 2019

[Cerita Bersambung] Kunci Alpata - Chapter 3 : Penolakan Kesepakatan



Kantor cabang Koran Suara Alpata
Kecamatan Minor

            Pak Marvin duduk di meja kerja, dan seperti biasa dia sibuk membaca dan mencoret-coret bagian yang dirasanya kurang dalam laporan yang ditulis reporter, dan sesekali bibirnya mulai menyeruput teh hangat yang berada di ujung mejanya.
            Pak Marvin sendiri adalah seorang editor yang telah bekerja dua puluh lima tahun di kator Suara Alpata. Meski  mata nya sudah mulai agak rabun, dan harus memakai kacamata sebagai pendukungnya. Dia tetap berusaha profesional dan mampu mengerjakan pekerjaaan nya tepat waktu. Bagi Pak Marvin pekerjaan yang dia lakukan adalah pekerjaan menantang karena disini dia harus menentukan berita ini sudah layak atau belum dikonsumsi publik.

            “Tok... tok... tok...” suara ketuk pintu.
            “Masuk..” kata Pak Marvin sambil melepas kacamata nya.
            Dari balik pintu tersebut masuklah, pria berperawakan tinggi dengan rambut pirang panjang yang dikuncir ke belakang dan mengenakan jas putih. Di belakang pria tersebut berdiri dua pria botak yang berbadan kekar mengenakan jas yang berwarna hitam. Wajah mereka berdua hampir sama yang membedakan adalah pria botak yang sebelah kanan memiliki wajah yang brewok, dan sedangakan yang satu tidak.
            Pria tinggi tersebut pun maju mendekati Pak Marvin dengan senyum lebar yang terlukis di wajah nya.
            Pria botak yang memiliki brewok menutup pintu ruangan tersebut.
            “Perkenalkan nama saya Rob Hadson dan saya adalah wakil ketua tim kemenenganan Rubel Guerero. Senang berkenalan dengan anda.” Ucap pria berperawakan tinggi tersebut, sambil bersalaman kepada pak Marvin.
            “Keperluan apa yang membuat anda kesini?” tanya pak Marvin.
            “Seperti yang dikatakan orang-orang kalau anda bukan tipe orang yang basa-basi.” Jawab Rob Hadson dengan seringai.
            Beberapa saat kemudian wajah Rob berubah menjadi serius “Lansung saja, aku ingin anda merubah seluruh berita yang beratas nama Tuan Rubel Guerero menjadi baik atau kalau bisa menjadi heroik. Kau pasti sadar di kecamatan ini Tuan Rubel Guerero selalu kala.”
            “Maksud anda aku harus mengubah total berita yang ada?” tanya Pak Marvin.
            “Kalau perlu. Kenapa tidak?” jawab Rob Hadson
            “Mohon maaf, tuan Rob Hadson yang terhormat. Saya tidak bisa melakukan hal tersebut. Itu melanggar kode etik jurnalisme serta kredibilitas.” Ucap Pak Marvin dengan nada suara mulai meninggi.
            “Astaga. Anda tidak perlu marah begitu. Anda butuh uang berapa satu juta, dua juta tinggal anda sebutkan saja.” Kata Rob Hadson.
            Pak Marvin pun berdiri dari kursinya “Mohon maaf, sepertinya ini sudah jam makan siang saya, dan saya butuh privasi.”
            Rob Hadson matanya melirik sebuah foto yang berada di meja Pak Marvin. Foto itu bergambar Pak Marvin waktu muda dan ibunya yaitu nenek Jenskin.
            Rob Hadson berdiri dari kursinya. “Baik, anda tidak usah marah seperti itu. Aku akan pergi.”
            Rob Hadson pun berjalan keluar dari kantor Pak Marvin, akan tetapi sebelum dia keluar mulutnya pun bergumam “Sebuah kayu tua akan di potong malam nanti, apakah akan menjadi kayu bakar atau hanya akan dipatahkan. Siapa yang tahu, Tuan Marvin J?”
            Setelah Rob Hadson keluar dari ruangannya, Pak Marvin pun terduduk di kursinya. Perasaan sekarang bercampur aduk penyesalan serta ketakutan berputar di kepalanya. Karena baru saja dia melawan penguasa kota Elrik yang dia paham betul bahwa setiap orang yang melawan nya akan berujung derita baik orang yang melawan itu sendiri atau keluarga nya.
            Pak Marvin pun menghela napas perlahan dan mengeluarkannya. Dia pun memberanikan diri berjalan keluar dari ruangan nya menuju meja sekretaris nya yang bernama Lucy untuk mencari Wallter supaya ketemu dengan dirinya. [ ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar