Sabtu, 23 Maret 2019

[Cerita Bersambung] Kunci Alpata Chapter 2 : Nenek Jenskin



Jalan Koral
Kecamatan Minor

            Matahari sudah mulai merangkak ke atas kepala, menandakan hari menjelang siang. Wallter semakin mempercepat pekerjaan nya sebagai loper koran. Dia paham betul apabila koran nya tidak sampai kepada pelanggan atau lambat sampai jam sembilan, maka bukan tidak mungkin pelanggan akan memberikan keluhan kepada nomor layanan pelanggan suara Alpata dan itu membuatnya beberapa saat membuatnya khawatir setibanya di kantor cabang pusat media terbesar di negara ini.

            Satu demi satu koran yang dia bawa akhirnya sampai ke rumah pelanggan. Wallter jarang sekali melempar koran pelanggannya tidak seperti beberapa loper koran yang lain di kantor nya. Dia lebih sering menaruh di kotak surat dan apabila ada pelanggan nya yang berada di halaman depan, dia lansung memberikannya dengan senyum ramah. Sesekali Wallter melirik jam tangan nya dikala mengayuh sepeda kantor nya, sambil bergumam“Aku masih mempunyai banyak waktu.”
            Hingga akhirnya, dia sampai di rumah pelanggan koran yang terakhir. Ya. Itu adalah rumah nenek Jenskin. Ia tinggal di bukit jalan koral, sehingga tidak heran Wallter harus menuntun sepeda nya untuk dapat melewati bukit kecil tersebut.
            Sesampainya di atas dari kejauhan Wallter melihat nenek Jenskin tengah tertidur di kursi goyang di halaman depannya. Dia pun mendekati nenek Jenskin seperti biasa, dia berjalan mendekati nenek Jenskin.
            Wallter pun berkata pelan,”Selamat pagi, nenek Jenskin.”
            Nenek Jenskin tersadar dari tidurnya, dan menutup buku yang dipangkuan nya.
            “Hey.. Wallter..” balas nenek Jenskin.
            “Ini koran anda nenek.” Ucap Wallter sambi memberikan korannya kepada nenek Jenskin.
            Wallter sedikit melirik kepada buku yang berada di pangkuan nenek Jenskin, tanpa sadar dia pun bertanya “Apa yang anda baca, nenek?”
            Nenek Jenskin tersenyum pada Wallter, dia lalu berkata “Ini hanya dongeng pendiri negara Alpata. Kamu mau mendengarnya?”
            Wallter yang menatap nenek Jenskin yang sudah bersiap untuk bercerita, dan tentu dia paham bahwa setiap cerita yang telah diceritakan Nenek Jenskin pasti memakan waktu yang lama.
            “Hehehehehe... boleh sih, nek.. tapi tidak sekarang ya, nenek..?” kata Wallter sambil menggaruk-garu kepala bagian belakang nya.
            “Apa kamu yakin? Disini ada cerita tentang kunci yang bisa membuka gerbang menuju senjata teknologi kuno?” ucap Nenek Jenskin.
            Wallter pun dengan dalih yang sama dia berusaha untuk meninggalkan perbincangan tersebut, dan akhirnya dalih tersebut diterima nenek Jenskin dan dia pun meninggalkan tempat tersebut dengan berpamitan sopan kepada nenek tersebut.
            Bagi Wallter ialah nenek Jenskin adalah nenek yang sangat baik tidak hanya pada dirinya tetapi bagi orang lain. Bahkan ketika Wallter masih remaja dua belas tahun dialah yang meminta putra nya Pak Marvin, kepala redaksi koran suara Alpata cabang Elrik untuk menjadikannya sebagai loper koran sekaligus pegawai bagian pengiklanan [ ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar